]] Dynamic Blog: Bubur India, Kuliner Khusus Bulan Ramadan

Kamis, 02 Agustus 2012

Bubur India, Kuliner Khusus Bulan Ramadan

Semarang, - Selama satu bulan penuh mulai pukul 13.00 WIB hingga waktu berbuka, bau harum rempah-rempah akan menyeruak dari ujung masjid Jami Pekojan yang terletak di Jalan Petolongan, Semarang. Wangi tersebut berasal dari bubur India yang hanya bisa ditemui di masjid Jami Pekojan selama bulan Ramadan.

Bubur dihidangkan pada ratusan mangkuk warna-warni yang dijajarkan di lantai masjid yang cukup luas. Harum rempah pun kian tajam saat bubur mulai dituangkan dari panci berukuran besar ke dalam mangkuk yang sudah disiapkan. Bubur tersebut diperuntukan bagi musafir ataupun warga yang ingin mencicipi nikmatnya bubur India.

Bubur India sebenarnya tidak jauh berbeda dari bubur beras lainnya, hanya saja yang membuat rasanya lebih gurih dan nikmat adalah racikan bumbu berupa rempah-rempah. Salah satu pembuat bubur India,
Ngatiman menjelaskan rempah-rempah tersebut berasal dari jahe, lengkuas, serai, daun salam, daun pandan, kayu manis, wortel, bawang merah dan bawang putih serta sayur mayur.

"Ada santan dan lauknya. Untuk lauk setiap hari berbeda tergantung sumbangan warga," kata pria berusia 70 tahun tersebut di masjid Jami Pekojan, Jl Petolongan, Semarang.

Bulan Ramadan tahun ini Ngatiman mengaku membuat lebih banyak bubur karena peminatnya yang membludak. Sehari ia dan sukarelawan harus menyiapkan 200 mangkuk lebih untuk berbuka.

"Tahun ini banyak sekali, sampai 200 mangkuk dan mungkin bakal bertambah," katanya.

Diperlukan 20 kilogram beras per hari untuk membuat bubur India selama bulan Ramadan. Meski demikian pihak masjid tidak pernah mengeluarkan dana sedikitpun untuk membuat bubur India karena semua berasal dari pemberian warga dan penyumbang dana lainnya.

"Lauk, sayur dan buah-buahan penutupnya juga dari pemberian warga," imbuh ngatiman.

Sementara itu sesepuh masjid, Anas Salim Harun mengatakan bubur India tersebut sudah ada sejak berdirinya masjid tahun 1878 lalu. Awal oleh kedatangan pedagang dari Gujarat, India yang menikah dengan wanita dari Indonesia dan bermukim di kawasan Pekojan, Semarang.

"Ada pedagang dari Gujarat yang tinggal di daerah Pekojan ini dan dia menikah dengan wanita asli Indonesia. Lalu ia dan pedagang Gujarat lainnya membangun masjid Jami Pekojan," terang Anas.

Awalnya bubur India hanya diproduksi sedikit dan khusus diberikan kepada para pedagang dari Gujarat. Namun seiring dengan berjalannya waktu, bubur tersebut dikenal oleh masyarakat luas bahkan sekarang banyak diburu oleh musafir dari luar kota.

"Sekarang pembuat buburnya sudah generasi ketiga dan akan menuju generasi keempat," pungkas Anas.

Resep, cara, maupun rasa dari bubur India tidak berubah sejak sekitar 200 tahun silam. Bahkan untuk bahan bakar memasak masih menggunakan kayu. Tradisi bubur India yang hanya ada selama bulan Ramadan itu menurut Anas akan tetap dilestarikan sampai kapanpun.

"Bubur ini penuh kenangan, waktu saya kecil sekitar 50 tahun lalu bubur ini sudah terkenal. Sampai kapanpun akan tetap dilestarikan," tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar