]] Dynamic Blog: Jokowi Kaget Ada Manusia Tinggal di Gorong-gorong

Sabtu, 30 Juni 2012

Jokowi Kaget Ada Manusia Tinggal di Gorong-gorong

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Joko Widodo alias Jokowi tercengang dan kaget, saat mengetahui seorang pekerja harian Dinas Pekerjaan Umum DKI bernama Abdul Malik (26), ternyata tinggal sekitar setahun di gorong-gorong bekas saluran air, tak jauh dari kawasan Rasuna Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan.
"Hah, apa iya? Tolong saya beritahu tempatnya di mana, saya akan ke sana," ujar calon gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga 3, saat ditemui Tribunnews.com di acara PDIP di Jalan Raya Ahmad Yani, By Pass, Asem Gede 1, Jakarta Timur, Minggu (17/6/2012).
Menurut Jokowi, seharusnya hal tersebut menjadi tugas pemerintah, untuk memperkecil gap antara si kaya dan yang miskin.
"Sehingga,
anggaran yang ada sebesar-besarnya digunakan untuk yang tidak mampu," tutur pria yang masih menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Jokowi mengungkapkan, Pemprov DKI sudah memiliki anggaran dasar untuk membangun rumah layak huni bagi kaum tidak mampu.
"Rp 140 triliun anggarannya, dan itu sudah ada," cetus Jokowi.
Sebelumnya diberitakan, kisah Abdul Malik yang tinggal di gorong-gorong ini sudah lebih dulu menyita perhatian di dunia maya, lewat beberapa blogger yang mengunggah foto-fotonya, maupun memasukkan foto-fotonya ke forum-forum di internet.
Saat ditemui wartawan, Abdul mengaku sehari-hari bekerja untuk Dinas Pekerjaan Umum DKI. Ia  membersihkan kali dan pinggirannya dari sampah, yang dapat membuat kali mengalami pendangkalan.
"Upah seharinya Rp 40 ribu, dibayar tiap dua minggu sekali. Kalau dibilang cukup, ya enggak untuk hidup di Jakarta. Istri dan anak saya yang usia empat bulan, tinggal di rumah mertua di Bogor. Saya tinggal di sini saja," ujar Abdul, Jumat (15/6/2012) lalu.
Abdul menceritakan, pada awalnya ia ditegur oleh petugas keamanan di sekitar gorong-gorong. Namun, karena bekerja di tempat tersebut, akhirnya diizinkan untuk tinggal di gorong-gorong.
"Sebelumnya saya tinggal di kolong jembatan atau di mana saja yang bisa berteduh. Saya juga tidak punya KTP DKI," kata pria asal Pasuruan.
Menurutnya walaupun sudah hampir enam tahun tinggal di Jakarta, Abdul tak memiliki KPT DKI, karena pembuatan KTP DKI yang mahal. Dikatakannya, untuk 'nembak' KTP DKI, harus merogoh kocek sekitar Rp 300-Rp 500 ribu.
"Kalau buat yang resmi, sulit juga karena tempat tinggal saya tak ada alamat jelas. Tidak ada yang ditumpangi juga. Untuk buat surat pindah, harus pulang dulu dan itu butuh ongkos," paparnya.
Abdul mengungkapkan, penghasilan yang ia dapatkan dari membersihkan sungai, tak cukup. Untuk mencari penghasilan tambahan, ia mencari dan mengumpulkan plastik botol minuman.
Setiap tiga hari sekali, Abdul menimbang hasil pungutannya untuk dijual.
"Bisa dapat Rp 30-Rp 40 ribu. Lumayan untuk makan," imbuhnya.
Minggu lalu, Abdul mengaku sempat sakit berak darah. Ia harus menanggung sakit sendirian dan tidak bisa berbuat apa-apa.
"Karena sudah tak sanggup kerja, saya pulang ke rumah mertua di Bogor. Di sana sempat ke puskesmas, katanya sih cuma panas dalam biasa. Sebenarnya sayang kalau meninggalkan pekerjaan, karena tidak dapat uang," tuturnya.
Abdul kini hanya berharap kepedulian pemerintah atau pihak-pihak terkait. Ia ingin, jika sakit ada tunjangan dan ada jaminan kesehatan.
"Saya juga mengharapkan tempat yang lebih layak. Kalau ada semacam mess, mungkin saya enggak tinggal di sini," bebernya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar